Sabtu, 19 Mei 2012

RM Panji Sosrokartono

Dahulu saat sering setiap sore melangkahkan kaki di pinggiran kota kretek, tepatnya di Jalan Sosrokartono desa Kaliputu kecamatan kota Kudus, sekedar habiskan sore untuk penyegaran pada otot-otot tangan dan kaki pada dinding papan yang tampak menantang. Selalu ada sebuah tanya tentang siapa yang dimakamkan di sisi timur jalan raya tersebut. Sebuah makam besar tertutup rapat dinding besar yang sangar. Sebuah makam mirip seperti makam raja-raja Jawa terdahulu, makam tersebut tepat bersebelahan dengan Taman pemakaman umum dan Taman Makam Pahlawan kudus.


Sebuah tanya selalu hadirkan rasa ingin tahu, dan rasa ingin tahu munculkan keberanian untuk bertanya. dan lega beribu lega bahkan kedamaian hadir ketika Tahu bahwa sang mister X ternyata adalah kerabat dekat sendiri. Lebih tepatnya beliau adalah kerabat dekat dari Nenek buyut dari ayak saya, R.A Suwati yang merupakan keturunan bangsawan Jepara yang dahulu menikah dengan salah seorang cucu Ki ageng Pandan aran yang di buang Belanda ke Jepara. Mister X memang masih kerabat saya, begitu juga dengan Anda, beliau juga kerabat anda, sebab beliau adalah kakak kandung dari R.A Kartini.
Tak banyak memang yang mengenal kakak R.A kartini yang bernama lengkap R.M Panji sosro kartono. Padahal di Eropa, khususnya di Holand beliau lebih di kenaldengan sebutan "Pangeran Jawa"
Di Indonesia pada masa hidup beliau sendiri, beliau di kenal sebagai seorang yang hidup dengan filosofi mulia. Kata katanya yang selalu menguatkan rakyat yang sedang terjajah antara lain sebagai berikut ” Ing donya mung kebak kangelan, sing ora gelem kangelan aja ing donya. “ Sebuah ungkapan dalam bahasa jawa yang berarti ” Di dunia penuh dengan kesusahan, yang tidak mau susah jangan di dunia". Seperti halnya kartini, Sosrokartono lahir di Mayong pada hari Rabu Pahing, bertepatan pada tanggal 10 april 1877, saat itu RM Sosroningrat masih seorang wedana di sana. Sementara R.A Kartina, anak ketiga dari R.M Sosro kartono kurang begitu ada catatan tentang beliau sehingga sulit untuk di uraikan.
Selain di kenal dengan filosofinya, Sosrokartono juga di kenal sebagai "dokter air putih", sebab beliau dalam proses penyembuhan pasien sering menggunakan air putih yang di kumur dan di semburkan kepada sang pasien. Pada suatu ketika terdengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur ± 12 tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meki sudah diobati oleh beberapa dokter. Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga beliau menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu. Sesampainya di sana, beliau langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu mulai membaik dengan hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh. Dalam ajaran beliau, sakit seperti ini di sebut sawan.
Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu. Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs. R.M.P. Sosrokartono mempunyai daya pesoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.
Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya beliau merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu. Akan tetapi, karena beliau adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana beliau hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter.
Mengenai riwayat pendidikannya, setelah tamat dari Eropesche Lagere School di Jepara, melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Pada tahun 1898 meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda. Mula-mula masuk di sekolah Teknik Tinggi di Leiden, tetapi merasa tidak cocok, sehingga pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putera-putera Indonesia lainnya seperti Muhammad Hatta.
Setelah menamatkan pendidikannya dan gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden, beliau mengembara ke seluruh Eropa, menjelajahi pelbagai pekerjaan. Selama perang dunia ke I, beliau bekerja sebagai wartawan perang pada Koran New York Herald dan New York Herald Tribune, dan beliau adalah bangsa Asia pertama yang menjadi wartawan perang di eropa. Kemudian, setelah perang usai, beliau menjadi penerjemah di Wina, tapi beliau pindah lagi, bekerja sebagai ahli bahasa pada kedutaan Perancis di Den Haag, dan akhirnya beliau hijrah ke Jenewa. Sebagai sarjana yang menguasai 26 bahasa, beliau bekerja sebagai penerjemah untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jenewa.
Pada hari Jum’at Pahing, tanggal 8 februari 1952 di rumah Jl. Pungkur No. 19 Bandung, yang terkenal dengan sebutan Dar-Oes-Salam, Drs. R.M.P. Sosrokartono kembali ke Sang Pencipta dengan tenang, tentram. Beliau di makamkan di Desa Kali putu, Kudus, dekat Markar Organisasi Pecinta Alam dan penggiat alam bebas tertua di Jawa Tengah, Teampala everest. Jalan menuju makam beliau di namakan Jalan sosro kartono, semoga amal ibadah beliau di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa