Kamis, 24 Mei 2012

Tumenggung Cendol dari Margoyoso

TUMENGGUNG Cendol adalah Bupati Jepara yang memerintah tahun 1825-1828 atau pada era Kompeni dan Hindia Belanda, atau sebelum pasar kalinya,atan Ada begitu pula dengan pos polisi gotri. Makamnya, terletak di desa Margoyoso kecamatan Kalinyamatan ,kabupaten Jepara. Memang tak  banyak yang tahu, karena itu tulisan ini di buat. Padahal beliau adalah sosok yang pernah memimpin kota ukir. Warga sekitar yang tahu-menahu seluk-beluk mengenai profil penghuni makam tersebut juga sudah jarang ditemui. Sebab, penduduk yang merasa di-sepuh-kan (dituakan) telah mendahului. Pemerintah desa setempat, juga nol (tidak tahu) tentang makam Tumenggung Cendol. Hal yang agak berbeda dengan yang terjadi di desa sebelahnya, Pendosawalan, disana setiap masyarakatnya masih tahu dengan jelas bahwa nenek moyang mereka adalah Abdul Jabar yang merupakan cucu ki Ageng Pandanaran, Adipati pertama Semarang.

Sosok semakin hilang, sebab landmark masuk menuju ke makam sang Tumenggung. Sama sekali tidak ada. Di desa yang kental dengan nuansa religiositas itu, istilah Tumenggung Cendol hanya populer sebagai nama pemakaman. Itu saja tanpa pernah Tahu siapa beliau.
 
Dalam buku Sejarah dan Budaya yang diterbitkan dinas Pariwisata kabupaten Jepara pada tahun 2007-2008 menyebut Tumenggung Cendol adalah pemimpin yang pernah memimpin kota Jepara, maka petilasan terakhirnya berpotensi dan layak jika dijadikan kawasan wisata religi sebagai penghargaan kepada seorang pemimpin. Sebuah kawasan berbasis keagamaan apalagi desa Margoyoso memang kental dengan nuansa religiositas.Jalan terbaik adalah, pemerintah kabupaten bekerjasama dengan kecamatan dan desa setempat perlu mempromosikan kawasan Tumenggung Cendol sebagai salah satu rujukan wisata religi di kabupaten Jepara. Dengan menambah peta obyek wisata pada buku sejarah dan budaya yang diterbitkan dinas terkait. Namun, semua itu kita kembalikan kepada Masyarakat sekitar yang wajib sadar akan pentingnya arti sejarah

Selain itu, bekerjasama dengan peneliti sejarah untuk meneliti sosok Tumenggung Cendol serta membukukannya. Buku tersebut nantinya akan menjadi wacana baru bagi masyarakat. Sehingga, masyarakat yang mulanya belum tahu akan menjadi tahu dan buku itu juga bermanfaat bagi anak cucu pada masa yang akan datang. Cara ini pernah kami tempuh ketika kami mencari tahu siapa sebenarnya 'Mbah Dombang' yang ternyata adalah cucu ki ageng Pandanaran, yang merupakan keturunan langsung raja terakhir majapahit. Makam beliau sendiri kini telah di pugar dan masyarakat umum sering berziarah kemakam beliau, tak hanya masyarakat Pendosawalan tetapi juga mereka yang tahu tentang sejarah di Jepara