Selasa, 07 Agustus 2012

Rencana Pembelian Leopard

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan tidak perlu ada yang dirisaukan terkait rencana pemerintah membeli tank Leopard produksi Jerman, karena peruntukkannya memang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan pertahanan nasional.

"Saya pastikan semua itu terbuka dan transparan, kami tidak pernah menggunakan tank tempur untuk menembaki rakyat kami. Dan itu harapan kami dengan harapan peacefull, dan sebuah negara memerlukan minimum essential force," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangan pers di Istana Merdeka Jakarta, Selasa sore, usai melakukan pertemuan bilateral dengan Kanselir Jerman Angela Merkel.




Berikut beberapa analisa kenapa TNI harus di bekali leo

1. MBT tak bisa beroperasi di Indonesia karena terlalu berat dan akan amblas. Yaa... betul Leopard 2 memang sangat berat dari sisi total tonase. Leo memiliki berat total lebih dari 60 ton. 4 kali lipat dibanding Tank AMX-13 yang selama ini dioperasikan kavaleri TNI-AD. Tapi, apakah dengan demikian, Leo akan ambles di jalanan Indonesia. Disini hukum fisika berlaku. Yang harus dihitung sebenarnya adalah ground presure, bukan tonnase total. Logikanya begini, jika anda berjalan diatas lumpur pastilah akan amblas. Tapi coba letakan papan diatas lumpur tersebut, maka anda akan mampu menyebranginya. Demikian juga dengan Leopard 2. Perhatikan sebaran berat tank dan lebar tapak rantainya. Ground presure Leopard 2  bahkan disebut yang terkecil. Leopard memiliki ground presure sekitar 14-15 psi. Sedangkan untuk manusia 8 psi, berjalan 16 psi. mobil off road 25-30 psi, mobil MPV/SUV 20-35 psi, ATV 35 psi, dan kuda berlari hinga 500 psi. Dengan demikian, yang terjadi justru sebaliknya. Panser ANOA buatan Pindad (yang notabene jauuuuuhhh lebih ringan) bisa jadi akan amblas di jalanan Indonesia, sementara Leopard melenggang kangkung. Lalu bagaimana dengan jembatan? Jika terjadi perang, salah satu sasaran pemboman itu adalah jembatan. karena itulah  kita perlu tank supaya tak usah pake jembatan.
2. Kondisi geografis Indonesia berhutan, bergunung-gunung, dan banyak jalanan sempit. Yang menyatakan pendapat ini, tentunya belum pernah menonton film dokumenter perang Vietnam. Tentara Vietnam Utara itu dilengkapi dengan MBT jenis T-55/54 buatan Uni Soviet. Artinya, jika vietnam yang kondisinya mirip dengan Indonesia bisa, mengapa kita tidak. Di lain pihak, Amerika juga menurunkan MBT dalam perang yang sama. Kasus terkini adalah dalam perang Afganistan. Kesatuan Internasional yang tergabung dalam ISAF juga menurunkan MBT. Bahkan negara-negara Eropa dalam kontingen ISAF menerjunkan Leopard 2. Dan Leopard 2 dengan lincahnya mengarungi jalanan terjal berliku nan sempit di pegunungan Hindu Kush. Lalu, bagaimana mungkin tidak bisa dilakukan di Indonesia?.
3. Pindad sudah bisa membuat Tank, ngapain beli dari luar. Itu salah pak. Pindad masih belajar buat Tank. Itupun kelasnya medium, dan dari jenis APC alias pengangkut pasukan. Karena masih belajar, prototipe Tank Pindad juga masih mengalami sejumlah kendala. Nah... untuk membuat Tank sekelas Leopard Pindad masih butuh waktu lama. Bisa dipercepat. Caranya? beli Lisensi Leopard2!!

4. Tank berat hanya jadi sasaran empuk Rudal anti tank. Mungkin iya... mungkin tidak. Tapi pada kenyataannya melumpuhkan sebuah Tank Berat sangatlah sulit. Terkadang dibutuhkan lebih dari 1 rudal anti tank. Selain itu, Tank yang diincar tentunya ga tinggal diam dong. Sejumlah perangkat pendeteksi juga dimiliki Tank masa kini. Tank Leopard 2 juga bisa dilengkapi alat pendeteksi pasif. Alat itu akan memberikan peringatan saat Tank disorot laser dari sistem bidik rudal anti tank. Secara otomatis, tank akan menebar granat asap yang bisa mengacaukan iluminasi laser. Selain itu, doktrin penggelaran tank selalu menyertakan Infantri sebagai penyapu pasukan anti tank lawan. Dan.... jangan bicara soal RPG. Tank Sekelas Leopard tak akan mempan dilawan oleh RPG!!

Selain karena alasan yang disebut diatas, Indonesia belum pernah punya MBT, jadi bagaimana mungkin bisa bilang ambles?